Skip to main content

Local Leader Day 3 Akademi Berbagi di Yogyakarta



Akber Pekanbaru, (foto via liandamarta.com)

“Sebuah perkumpulan yang sukses bukan berdasarkan follower yang banyak melainkan mampu menghasilkan Leader yang berkualitas”. Yah entah dimana aku mendapatkan quote tersebut yang jelas aku sefaham dengan kalimat itu. Dan di Local Leaders Day 3 (LLD) aku merasaknnya.

LLD kali ini bertempat di Jogja, ituloh kota sejuta budaya dengan sejuta kenangan juga. Upppsss. It’s first time for me, bukan ke jogja-nya tapi LLD-nya J. Pasalnya baru 2015 saya bergabung dengan Akademi Berbagi (Akber) Malang. Berawal dari merasa kesepian ketika merantau di kota lain, akhirnya ketika di Malang memutuskan untuk bergabung dengan AkberMLG. Ups jadi curhat deh, back to LLD. Okey Gaes, mungkin ada yang bertanya-tanya apa itu LLD? Yups pada dasarnya aku juga kurang tau, tapi tak coba artikan sesuai dengan pemahamanku yah. LLD atau Local Leaders Day itu ritual dua tahunan sekali yang di ikutin oleh para relawan Akademi Berbagi di seluruh kota yang tersebar di Indonesia. Kegiatan ini merupakan wujud penghargaan bagi para relawan Akademi Berbagi. Nah kalau pengen tau jelasnya bisa loh baca-baca bukunya Mbak Ai yang judulnya Kelas. Eh emang ada judul lain? Ups. Di tunggu yah Mbak Ai buku lanjutannya. Hehehe.

Nah di LLD ini selain ajang bertemu antar relawan, kami juga dibekali berbagai ilmu dalam kelas-kelas keren seperti Kelas Literasi dari Pemred CNN Indonesia, Kelas Leadership bersama Handry Satriago CEO General Electric Indonesia, Serta materi keren dari Tiga Pijar.

Rasanya tak pernah bermimpi bertemu langsung dengan seorang Pimred CNN Indonesia. Apalagi mengulik ilmu yang mendalam tentang dunia literasi. Kalau ada kata lain selain AWESOME bolehlah aku pakai itu. Kelas atau workshop penulisan sering aku ikuti, tapi sepulang dari workshop itu menguap lagi isinya. Rencana yang sudah tersusun rapi, kemudian hilang entah kemana. Itulah yang membuat kelas ini berbeda, di Kelas yang di pandu langsung oleh Pak Yusuf Arifin, kami diajak untuk langsung praktek dan dinilai langsung hasil tulisan kita. Memang tak semua namun itu sangatlah cukup untuk mengetahui seberapa kuliatas tulisan kita. Tak hanya itu semua peserta yang ikut di minta untuk mengirimkan tulisannya dan akan di koreksi satu per satu. Gokil. Ditunggu yah pak koreksi untuk tulisanku. Hehehe.

Waktu berlalu, gelapnya malam menyelimuti EduHostel, tepat kami menginap selama tiga hari dua malam di Jogja. Usai makan malam kami pun bersiap kembali untuk menyimak kelas lagi, kali ini Guru-nya dirahasiakan, katanya sih ada surprise. Dan setelah tiba waktunya majulah seseorang yang mengunakan kursi roda dengan di bantu oleh beberapa relawan untuk naik ke podium. Jujur saya tak tau siapa beliau. Pekerjaannya apa. Dan kenapa beliau yang harus di depan. Mabak Yusna, seorang relawan yang sekamar denganku sempat menjelaskan kalau beliau adalah Handry Satriago seorang CEO GE Indonesia. Dan aku masih tak tau. Bodoh memang, tapi aku tak kan membiarkan diri ini sebodoh itu. Tak tau itu boleh tapi membiarkan selamanya tak tau itu baru bodoh. J

Menurutku hanya di kelas ini aku merasakan waktu terasa berjalan begitu cepat. Tak banyak audience yang berbicara sendiri. Semua terpaku oleh setiap perkataan Pak Handry. Setiap perkataannya seolah sihir yang mampu menyedot semua perhatian kami. Saya pun sangat terkagum-kagum dengan setiap perkataannya. Beliau tau kapan harus menciptakan quote yang keren, kapan harus memberikan joke yang lucu sehingga kami tertawa terbahak-bahak. Pak Handry sangat lihai memainkan komunikasi kepada kami. Ijinkan aku menulis bebeapa catatan kecil tentang materi kelas Pak Handry, semoga ini tidak membosankan untuk di baca.
"Leaders is not position but Leaders is ACTION"






Yang Mempengaruhui Leadership :
Situasi
Followers
Leader

Yang harus dimiliki Leaders saat ini :
1.       Kemampuan Fleksibel
2.       Memiliki Ide-ide baru
3.       Confident but not Arrogant
4.       Humble 

Ada satu quote yang masih aku ingat, dan memberikan impact  yang besar setelah LLD.


Ketika anda bermimpi anda harus siap dengan segala KETIDAKPASTIAN 
Sepanjang kelas semua terpesona dibuatnya, apalagi dalam sesi tanya-jawab. Semua pertanyaan terpuaskan dengan jawabannya. Pertanyaan saya pun juga. Terimakasih Pak Hendry dan temannya, maaf saya lupa namanya J Bila ada kesempatan aku ingin ketemu lagi dan berbincang lebih mendalam. Di sesi kelas ada pembacaan Surat dari pak Hendry. Jujur saya tersentuh, butiran air mata tak dapat terbendung. Rasanya malu dengan diri sendiri yang sering mengeluh atas beratnya hidup dan beliau begitu tegar menerima segalanya bahakan di usianya yang masih belia. I learn more from You Pak Hendry. Teruslah bersinar dan membangakan nama Indonesia di kancah Dunia. Sampai saat saya menulis ini, saya masih merasakan hembusan semangatnya mengalir dalam diri saya. Seperti biasa kelas penuh makna malam itu di akhiri dengan ritual Foto Bersama.

Malam boleh larut semangat masih tersimpan. Malam pertama di Jogja pun kami habiskan untuk jalan-jalan menju 0 KM. Tak banyak yang kami lakukan hanya berfoto bersama dan menyeruput wedang ronde nan hangat. Namun karena perjalanan dari EduHostel ke Gedung BNI itu cukup jauh dan kami melakukannya dengan jalan kaki maka suasana keakraban pun semakin terjalin. Thanks atas momen yang indah ini  kawan. Teruslah menjadi relawan yang tak pernah rela melihat yang lain tak berkawan. Halah apa-apaan ini J

Hari kedua di LLD, Setelah menyantap kudapan lezat. Kami bersiap untuk kelas selanjutnya. Kelas kali ini di bimbing oleh guru-guru professional di bidangnnya yang berasal dari tiga pijar. Setelah sesi perkenalan, kami pun langsung di tantang untuk menjalankan sebuah game namanya “Mission Impossible” dalam menjalankan misi ini, kami diminta untuk melalukan sesuatu yang sangat impossible dilakukan oleh diri kita. Semua itu di rekam video dan hanya di beri waktu lima belas menit. Saat itu aku pun panic. Bingung mau berbuat apa. Karena yang pertama kali aku liat sorang kakek-kakek sedang mencuci baju, aku pun sontak meminta kakek itu mengijinkan aku membantunya. Awalnya penolakan terjadi. Tapi setelah saya mampu meyakinkannya, akhirnya diizinkan. Jujur ini pertama kalinya aku nyuci baju orang. Bahkan baju kakakku sendiri saja aku ogah nyuciin. Mana di rekam video lagi. L.

Karena waktu kami tidak banyak maka setelah bilasan terakhir aku langsung undur diri karena teman pasanganku masih harus meyelesaikan misinya. Pasanganku namananya Den, dia menyelesaikan misinya dengan mengantikan tukan parkir untuk sementara waktu dan uang parkirnya di berikan kepada Den. Tanpa perselisihan yang alot, kami pun menyelesaikan misi tersebut. Setelah kembali di EduHostel, aku terperangah melihat teman-teman relawan ada yang membawa tabung gas Elpiji, Sepeda beserta Gerobaknya, bahkan ada yang membawa warga sekitar kedalam ruang Kelas. It’s so Amazing Moment. Don’t want forgotten that’s time. Sekedar catatan sih beruntung misi ini di lakukan di Jogja dengan penduduk yang ramah, kalau kota lain mungkin akan lebih menantang. J

Setelah memecahkan misi yang mengasyikkan itu, kami diberi wejangan akan masa depan nasib Indonesia yang berada di tangan kami selanjutnya. Malu rasanya di umur yang banyak ini masih belum banyak membantu bangsa yang sejak lahir tanahnya aku injak. Setelah melihat kami ngantuk dan bosan dengan materi yang ada kami pun di ajak games lagi. Kali ini games-nya membuat sebuah bentuk dari kumpulan badan kami dimana bola tidak dapat masuk. Dalam game ini kelompokku gagal karena aku. Hufft jadi malu, tapi aku belajar mengenai “stay cool” yang sampai sekarang terus aku terapkan dalam kehidupan. Thanks atas pelajaran yang berharga ini.

Satu lagi yang aku ingat dari Kelas tiga Pijar, Games terakhir dimana kita diberi uang dan kata-kata untuk di jual atau di tukar dengan kata-kata lain untuk membentuk sebuah quote yang sempurna. Disini kami diajarkan untuk negoisasi, komunikasi, koordinasi, selling, menyelesaikan masalah serta belajar bahwa “Hidup ini Kejam”. Hahahaha. Yang masih saya ingat sampai saat ini, saya berkeliling ruangan sambil teriak
          
“Bouncing 200 ribu. Bouncing 200 ribu. Bouncing 200 ribu” padahal kata itu sudah terjual. Beruntung tak ada yang mau beli kalau ada mungkin aku akan bikin Bouncing versi KW. Hahahaha.

Hari terakhir LLD, rasanya tak mau menceritakan bagian ini. Huhuhuhu. Namun beginilah hidup ada awal dan ada akhir. Di hari terakhir LLD ini kebanyakan diisi dengan sesi foto bersama. Saat itu rooftop EduHostel seperti lautan Merah. Seperti hati relawan yang tertanamkan semangat membara. Jangan menyerah kawan, Relawan akan selalu berkawan dimanapun kalian berada. Terus sebarkan semangat “Berbagi Bikin Happy”. Sampai ketemu di LLD 4 J

Comments

Popular posts from this blog

Dilema Millennial Si Kutu Loncat, Emang Ada yang Salah?

Ilustrasi Kutu Loncat via  kanasecure.com Dear Kutu Loncat, sebelum kembali loncat mending simak tiga point ala Robert Nardelli yang memutuskan BERHENTI dari GE. Jangan sampai nyesel. Generasi milenial telah jadi sorotan beberapa tahun terakhir. Bahkan saat tranning awal di kantorku, hampir tiap hari ngebahas mengenai generasi X dan Z. Dengan kata lain, sebenarnya hari itu kita menelaah diri sendiri. Banyak perusahaan mencoba meninjau ulang rule model yang sudah mendarah daging atau bahkan yang udah jadi tradisi demi mengikuti gaya pemikiran dan kebiasaan anak milenial. Apalagi bagi media online yang kebanyakan menyasar pembaca anak muda. Well, satu hal yang selalu diidentikkan dengan generasi muda masa kini adalah 'Kutu Loncat.' Buat kamu yang udah berusia kepala dua dan udah ngerasain dunia kerja, pastinya kenal dong dengan istilah kutu loncat. Terima atau nggak, kebanyakan milenial yang baru masuk dunia kerja dan suka pindah-pindah kerjaan disebut Kutu Loncat. Me

Review Film 27 Step of May, Kisah Korban Pemerkosaan Peristiwa Mei 98

Film 27 Step of May bisa jadi rekomendasi hiburan yang pas untuk ditonton saat akhir pekan. Tontonan layar lebar ini menceritakan karakter May (Raihaanun) remaja yang mengalami trauma berat karena diperkosa oleh segerombolan orang. Ayah May (Lukman Sardi) merasa sangat terpukul melihat nasib anak perempuannya. Sebagai seorang ayah ia merasa tak mampu melindungi putrinya menjalani hidup dengan menyalahkan dirinya sendiri. Pengalaman buruk itu membuat May menutup diri hiruk pikuk kehidupan sosial. Ia memilih mengurung diri di rumah dan baginya kamar adalah tempat teraman menurutnya. Sepanjang film penonton diajak melihat pergulatan batin antara May dan ayahnya yang digambarkan sangat intens. Baca Juga:  Molor Setahun dari Jadwal Rilis, The Maze Runner: The Death Cure Emang Pantes Dinanti Ayah May yang berprofesi sebagai petinju seolah mengisyaratkan pelampiasan kemarahan dirinya pada profesinya. Hal itu karena ia merasa tak mampu menerima keadaan anaknya yang memiliki nasib naas. Meliha

Trailer Black Widow, Kisahkan Masa Lalu Natasha Romanoff di Red Room

Film Black Widow via  trinkid.com Marvel Entertainment baru saja merilis trailer final Black Widow pada hari Senin (09/03/2020) waktu setempat. Cuplikan film tersebut memperlihatkan aksi Natasha Romanoff (Scarlett Johansson) yang tengah melakukan percakapan dengan Yelena Belova (Florence Pugh) di awal video. " Saya memberi tahu orang-orang, saudara perempuan saya pindah ke Barat, " ujar Yelena. " Kamu seorang guru sains. Suamimu... dia merenovasi rumah. Kamu berpikir untuk pindah tapi kamu akan menunggu sampai suku bunga turun. " " Itu bukan kisahku, " jawab Natasha sambil tersenyum memperlihatkan giginya. Tampaknya rahasia masa lalu Natasha akan terungkap. Nggak cuma itu, trailer tersebut seolah menyiratkan penggambaran Black Widow ketika menjadi mata-mata top dunia. Cerita masa lalu Black Widow terlihat dari adegan Natasha dan keluarganya yang tengah bercengkrama di Red Room. Kamu ingat kan, di Film Avengers: Age of Ultron, dijelaskan Re